Hari kamis, di stasiun Gambir. Menjelang detik detik lebaran , di H-3 sudah dipadati calon penumpang yang rata rata mo mudik ke kampung halaman.Kereta gajayana telah datang, kulangkahkan kaki menuju kereta yang akan membawaku pulang.
Setelah menempuh semalaman kereta berhenti sejenak di stasiun Tulungagung. Kulangkahkan kakiku turun. Perjalanan kurang lebih 15 jam membuat badanku sedikit penat, meskipun tidak terkena dampak macet, tapi agak molor dari jadwal kedatangan.
Aku tahu Disana, dimuka pintu Seseorang tlah lama menunggu Dengan senyum mengembang Dan mata berbinar rindu Seperti diriku Dengan perasaan riang,aku turun dari kereta. Kuhirup udara penuh penuh . Sudah lama aku tak menghirup udara kotaku. Kulihat di sana, di barisan para penjemput, kulihat dia. Lelaki setengah baya dengan senyum mengembang. Entah perasaan apa yang menyuruhku, menyentakkan tubuhku menghambur ke arahnya, dan mencium kedua tangan nya, yang mulai keriput dimakan usia.
"Bapak kok nunggu di stasiun" tanyaku padanya dalam perjalanan pulang. "Kan Nur bisa nelpon begitu tiba di stasiun, jadi bapak ga perlu nunggu sampe 2 jam di stasiun" lanjutku. Menunggu adalah pekerjaan paling membosankan, karena itu aku ga mau beliau menunggu karena jadwal kedatangan kereta telat 2 jam dari yang di jadwalkan.
"Ga pa pa kok, lagian bapak juga ga ada kerjaan di rumah" begitu selalu jawabnya disertai tawa kecil. Aku diam, aku ga mau bertanya lagi karena akan mengganggu sebuah rasa yang mengalir diantara kami. Aku jadi teringat setahun yang lalu. Peristiwa yang sama. Beliau menungguku di stasiun mulai jam 6 pagi dimana itu adalah jadwal kedatangan kereta Gajayana di kotaku. Tapi kereta terlambat 2 jam. Dan selama 2 jam itu pula beliau menungguku. Ah peristiwa yang sama, tetapi beliau tak bosan2 nya . Lebaran selalu menyisakan rindu untukku. Rindu untuk bertemu bapak ibu, sungkem pada beliau berdua, juga bertemu dengan saudara-saudaraku2. Ada haru yang mengalir ketika meminta maaf , meskipun meminta maaf bukan hanya di hari lebaran saja. Mungkin kebahagiaan ini akan terasa lebih lengkap bila kakak2 bisa berkumpul, tapi karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, di lebaran ini hanya aku saja yang bisa pulang. Hal yang hampir sama selama 7 lebaran terakhir, kami tidak bisa berkumpul semuanya.
Namun aku masih bersyukur, ada banyak saudara/i ku di lebaran ini tidak bisa berkumpul dengan keluarganya. Buat ukhti, saudariku. Bila lebaran kali ini tidak bisa bertemu dengan suami dan buah hati karena berpisah, bila jodoh takkan kemana, bila tidak bertemu di dunia, semoga bertemu di akhirat.Semoga Allah memberimu kesabaran dan ketabahan. Buat saudariku yang lebaran kali ini tidak bersama suami lagi, semoga engkau mendapatkan yang terbaik. Buat saudariku yg lebaran kali ini tidak bisa melihat sang buah hati, yakinlah pasti ada hikmah di balik semua ini dan relakanlah sang buah hati kembali kepada Pemilik sejatinya. Anak hanyalah titipan semata.Semoga Allah menganugrahkan kembali kepadamu keturunan yang akan memberi bobot pada bumi dengan kalimat La ilaha ilallah. Buat saudara/i ku yang lebaran kali ini tidak bisa berkumpul dengan keluarganya, semoga bisa segera berkumpul kembali.
10 hari pun tak terasa telah terlewati. Tak terasa aku sudah kembali ke stasiun , tapi kali ini untuk keberangkatan kembali ke jakarta. Ah waktu terasa begitu cepat berlalu, serasa aku bermimpi dan kini harus bangun kembali. Dalam kereta ,aku masih enggan melepaskan sesosok ibu yang begitu lama kurindu. "Bagi para pengantar dimohon tidak naik ke dalam kereta" suara mikrofon itulah yang membuatku harus rela melepaskan pelukannya.
Aku tahu Perpisahan ini akan terjadi Dan malam malam sepi Serta penantian panjang kan kembali Menemani hari hari Bersama angan dan mimpi Mengharap pertemuan Segera terjadi lagi
Link
|